Friday, November 15, 2013

Menyoal Persis, PPI 19 dan pendidikan

Ramai- ramai dibicarakan dan menjadi polemik yang terkesan sangat besar dan dibesar- besarkan, tempat dulu saya dipaksa untuk melaksanakan pesantren sepertinya. dengan gambaran yang angakara murka tentang pesantren dan segalanya tetapi dalam kenyatannya pesantren yang saya duduki tidak seseram yang dibayangkan karena katanya pesantren modern.
kemarin- kemarin saya kembali diingatkan ke pesantren yang tempat saya belajar menjadi nakal adalah ada banyak yang berubah, apakah perubahan ke arah yang lebih baik ataupun perubahan yang menjadi buruk karena melunturkan pesan - pesan kiai- kiai dulu, tapi mungkin baik dan buruk adalah bagaiman sudut pandang kita dan bagaimana cara kita memandang akan persoalan tersebut.
ada sebagian orang yang sedang berjuang untuk menjadikan pesantren persis bentar memiliki akreditasi "A", mungkin ada keuntungan dan kerugian pula ketika pesantren memiliki akreditasi terbaik tersebut,karena banayak hal dan banyak cara yang bisa dilakukan untuk melakukan segala yang disebut mungkin penipuan untuk mencapai sebuah tujuan, tetapi yang sangat menari bagi saya buka polemik dari proses kemajuan pesantren yang ingin berhasi mendapatkan akreditasi A, tapi yang menarik adalah ketika yang menjadi permasalahan adalah tiang bendera yang menjulang tinggi yang entah mengibarkan atau tidak bendera indonesia dipuncaknya.
yang menjadi permasalahan rumit ketika tiang bendera benda yang mati dan tidak bisa melakukan apa- apa itu dijadikan bandingan yang disebut sebagai thogut, saya orang awam mengatakan ketika bebicara akidah atau keimanan berbicara hal yang sangat privasi ataupun sangat- sangat pribadi, karena kitapun tidak pernah tau apakah iman kita yang paling tulus atau tidak.

apakah menjadi sangat penting mengorbankan kejujuran dan mengorbankan ideologi hanya untuk keberhasilan akreditasi, tentu belum pasti juga karena pesantren yang sangat saya cintaipun PPI 19 bentar garut belum pasti pula memeiliki ideologi yang pasti dalam melaksanakan pendidikannya, contoh kongkrit dan nyatanya apa, bicara ideologi bicara yang mendasari kita melakulan apapun yang saya rasakan ketika menikmati pembelajaran dipesantren terasa tidak jelas dan tidak pasti santri ini akan dibawa kemana dan dijuruskan kemana, toh dalam kurikulumpun tidak ada skala prioritas yang menjadi dasar santri diam dipesantren, karena pendalaman ilmu- ilmu agama dan ilmu- ilmu umumpun diberiakn jam yang sama., bukti tidak ada skala prioritas .

apakah ini mutlak kesalahan pesantren bentar tentu saya tidak sepakat jika ni kesalahan pesantren bentar saja karena masih banyak ratusan pesantren yang mengatasnamakan dirinya pesantren persis meskipun sistem dan segalanya sudah tidak menunjukan persis, toh pimpinan pusat persispun sudah tidak ingin tahu dan tak mau tahu pesantren- pesantren yang ada dibwahnya kondisinya seperti apa atau bagaimana.
kesalahan timbul ketika Persis tidak punya identitas dalam melaksanakan pendidikan, bukti Persis tidak mempunyai identitas dalam melaksanakan pendidikan adalah :
1. persis melalui Bidgar. Tarbiyyah tidak bisa menyusun kurikulum yang nyata menyeragamkan pola pendidikan pesantren Persis harus bagaimana dan seperti apa.
2. seragam yang digunakan diseluruh pesantren Persis diindonesia tidak pernah sama dan seragam, hal terkecilidentitaspun tidak menjadi hal yang nyata bsa dirubah dan dirumuskan.

tergadainya ideologi menjadi hal yang sangat rumit, toh pendidikan persisnya sendiripun tidak mempunyai ideologi dalam menjalankan pendidikan persis harus seperti apa dan bagaimana dalam menjalankan pesantren- pesantrenya, jadi kalau menurut saya cara dan usaha seperti apapun yang dilakukan pengelola pesantren khususnya pesantren bentar wajar- wajar saja untuk mendapatkan akreditasi A, agar mereka bisa bersaing dan mendapatkan anak didik yang bisa mereka didik dan bisa mempertahankan pesantren untuk tetap hidup dan ada.
posisi pesantren Persis sekarang sudah tidak membicarakan berhasil sampai mana melakukan pendidikan, tapi harus mulai berfikir hanya berapa persen orang persis sendiri yang mau melaksanakan pendidikan dilingkunagn pesantren Persis, saya kira sudah tidak banayak karena orang persisnyapun sudah tidak percaya dengan sistem pengelolaan pesantren Persis.

yang terpenting untuk sekarang kritikan tidak hanya dilakukan dalam lingkup dunia maia karena pesantren bentar khususnya dan umumnya pesatren persis kebanyakan sudah membutuhkan tindakan nyata, untuk mempertahankan pesantrennya tetap berdiri tegak dan tetap hidup agar da'wah Persis masih tetap bisa berlanjut. terkecuali kalo memang Persis sendiri sudah tidak ingin hidup dibangsa yang paling saya cintai indonesia, ideologi perjuanganpun sudah tidak ada bagaimana mau berjuang untuk kemajuan, karena untuk sekarang masih banayak peantren Persis yang akan gulung tikar karena kekurangan santri dan masih banyak moral pesantren persis yang lebih parah dari anak yank tidak sekolah dipesantren Persis.
pesan saya untuk orang persis yang membaca catatan ini (kita itu orang indonesia yang beragama islam, bukan orang islam yang tinggal diindonesia (Abdurrahman AD-dakhili)) kalo masih mau tinggal diindonesia sebagai tamu harus menghormati yang punya rumah dan aturan yang dibuat oleh tuan ruamh, jangan membuat aturan sendiri yang membuat terbengkalai, karena belum tentu ada yang mengkritik, menjatuhkan pesantren untuk sekarang lebih bisa menajdikan pesantren lebih baik, dan memenuhi kebutuhan santri yang sedang melakukan pendidikan dipesantre.
(ketika berdebat sudah disingkirkan bukti kualitas intelektual sudah sanagat menurun drastis)

salam perjuangan dari ikatan Alumni PPI 19 Bentar UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

0 komentar:

Post a Comment